Menurut yus dt. Perpatiah nan sabatang, Filosofinya ada Dua adat bila dikaji dari sisi ruang lingkupnya. Pertama Adat Nan Sabatang Panjang dan kedua Adat Sacupak Payuang atau lebih dikenal Adat Salingka Nagari yang juga merupakan Adat Babuhua Sentak.
Adat Nan Sabatang Panjang adalah aturan-aturan umum di Minangkabau. Dan secara menyeluruh dipahami dan dipergunakan di seluruh masyarakat Minangkabau. Baik di rantau maupun di daerah asal.
Baca Juga: Ada 20 Hal Istimewanya Minangkabau Di mata Dunia
Sementara, Adat Salingka Nagari merupakan produk atau aturan lokal yang hanya dipakai dalam sebuah nagari saja. “Itu dibentuk berdasarkan kesepakatan Ninik Mamak dalam ruang lingkup bernagari,” ujarnya.
Budayawan yang populer dari rekaman kaset dan video gurindam “Pitaruah Ayah” untuk anak laki-laki dan perempuan ini juga menjelaskan, ada tiga hukum atau aturan yang berlaku yang wajib ditaati dalam setiap individu masyarakat Minangkabau. Pertama Hukum Undang-undang Dasar 1945 beserta hukum bernegara Republik Indonesia lainnya. Pelanggar hukum ini sangsinya adalah penjara.
Baca Juga: Benarkah Suku Sakai Keturunan Minangkabau?
Kedua, hukum beragama Islam sebagai aturan tetap kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggar aturan ini adalah dosa. Pengikat seorang individu kepada ALLAH SWT.
Ketiga, baru Hukum Adat. Aturan yang berlaku dalam tatanan kehidupan masyarakat nan berbudaya. Hukuman pelanggar ini berupa sangsi sosial nan efek jera rasa malu. “Penanaman rasa malu adalah hakikat dari sangsi adat ini,” ungkap Mantan Pendiri dan Pengelola Studio Rekaman Balairuang Produksi tersebut.
Lebih lanjut, ada tiga unsur penentu solusi akibat globalisasi yang mengkikis Budaya Alam Minangkabau ini. Kompak dan bersinerginya Tigo Tungku Sajarangan, Tigo Tali Sapilin. Yaitu, Alim Ulama, Ninik Mamak dan Cadiak Pandai.
Selengkapnya silahkan simak Video Di Bawah:
Untuk menonton lebih Nyaman silahkan klik ikon Kotak di pinggir bawah sebelah kanan untuk zoom video.
.jpeg)
