Type Here to Get Search Results !

PERANAN 'BAKO JO ANAK PISANG ' DALAM TRADISI & BUDAYA MINANGKABAU

Oleh: Boy Paskand

Pariaman Line - Tak hanya di pariaman, Umumnya Orang-orang minang di sumatera barat mempunyai tradisi yg di sebut 'Maliek Anak', yaitu Rombongan para 'Bako dan ande / etek / apak' yg datang mengunjungi anak pamannya ataupun anak saudara laki-laki. Tradisi semacam ini sudah berlangsung semenjak dahulu kala, menjadi salah satu tradisi turun temurun di minangkabau.

Bako dalam bahasa indonesia di artikan adalah keponakan dari ayah, ande / etek adalah saudara perempuan dari ayah, sedangkan apak adalah saudara laki-laki dari ayah. 

Seperti Yg Kita Tahu, Masyarakat Minangkabau telah dikenal menganut sistem kekerabatan matrilinial, yakni garis keturunan ditarik melalui garis kerabat perempuan (ibu). Sistem kekerabatan matrilinial ini juga mempengaruhi sistem perkawinan. Setelah pernikahan terjadi suami akan tinggal dengan keluarga istri. Dengan demikian, anak mereka lebih banyak berada di lingkungan keluarga ibu sehingga hubungan anak dengan keluarga ibu menjadi lebih dekat dibanding dengan keluarga bapak.

Sistem matrilinial ini tidak bertujuan
untuk menjauhkan anak dengan keluarga
bapaknya. Masyarakat Minangkabau
mengenal istilah bako, yaitu sebuah istilah
untuk keluarga perempuan dari ayah/bapak. Meskipun tidak dekat dalam kehidupan sehari-hari dengan anak dari saudara laki-lakinya, bako memiliki peran yang tidak kalah penting dalam kehidupan Anak-anak kelak, Berawal semenjak baru lahir para bako sudah datang mengunjungi yg disebut dengan tradisi 'Maliek anak kayie'., kemudian berlanjut dengan tradisi maliek anak.

Anak dari saudara laki-laki, oleh pihak ibu disebut sebagai anak pisang atau anak pusako atau juga dikenal dengan istilah anak ujung emas.

Perkawinan bukan semata-mata hubungan antara dua orang individu, tetapi juga hubungan antara dua kerabat dan bahkan hubungan antara seluruh kerabat yang telah berhubungan karena perkawinan itu. 

Ada empat macam hubungan kekerabatan atau pertalian kekerabatan Diminangkabau, yakni (1) tali kerabat mamak kamanakan, (2) tali kerabat suku sako, (3) tali kerabat induak bako anak pisang, (4) tali kerabat andan pasumandan. Tali kerabat dua yang pertama bersifat hubungan ke dalam, timbul karena pertalian darah. Sedangkan tali kerabat jenis lainnya bersifat ke luar dan timbul karena perkawinan (Navis, 1984).

Di kutip dari sebuah Buku Karya  Tienn Immerry, Femmy Dahlan, yg berjudul 'Suluah', Peran  induak bako terhadap anak pisang dimulai semenjak anak pisang lahir hingga tutup usia. Empat peristiwa dalam kehidupan anak pisang yang wajib diselenggarakan oleh induak bako adalah; (1) babako setelah acara turun mandi atau penyelenggaraan aqiqah, (2) upacara perkawinan, (3) pengangkatan penghulu (khusus bagi anak laki-laki), dan (4) penyelenggaraan kematian. 

Pengetahuan generasi muda Minangkabau terhadap istilah induak bako anak pisang maupun peran dari induak bako itu sendiri saat ini mulai luntur. Keadaan ini sangat memprihatinkan karena keunikan adat Minangkabau akan extinct (punah) tanpa ada pengetahuan dan keikutsertaan generasi muda dalam melestarikan dan menerapkannnya dalam kehidupan mereka. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya pengetahuan terhadap peran induak bako. 

Pertama, fenomena penikahan yang terjadi antara seorang gadis Minangkabau dengan pria yang bukan dari Minangkabau semakin banyak. Hal ini mempengaruhi sistem matrilinial karena sistem kekerabatan yang dianut oleh suku lain adalah sistem kekerabatan patrilineal. Keluarga/saudara perempuan dari bapak yang bukan Minangkabau tidak akan
menjalankan peran induak bako seperti yang dilakukan keluarga/saudara perempuan dari pihak bapak yang orang Minangkabau. 

Kedua, keluarga Minangkabau yang banyak hidup di rantau. Karena mereka menetap di rantau dan terpisah jarak dari keluarga lainnya khususnya dengan pihak keluarga saudara perempuan suami menyebabkan kurangnya frekuensi pertemuan antara induak bako dan anak pisang. Pada akhirnya peran keluarga/ saudara perempuan bapak sebagai induak bako mulai hilang dalam beberapa aspek kehidupan anak pisang.

Ketiga, keluarga Minangkabau yang berada di Minangkabau tetapi minim pengetahuan tentang hal ini. Minim pengetahuan maksudnya adalah keluarga yang tidak mengindahkan atau kurang menaruh perhatian terhadap adat dan tradisi di Minangkabau itu sendiri. Bahkan, ketika harus berkedudukan sebagai induak bako maupun anak pisang dalam social folk custom. 

Meskipun pada tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di Minangkabau telah ada mata pelajaran muatan lokal, yaitu Budaya Adat Minangkabau (BAM), sepertinya daya tarik generasi muda terhadap materi mata pelajaran BAM tersebut rendah. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh anggapan bahwa mata pelajaran BAM hanya sekadar pelajaran yang harus diikuti atau cara penyampaiannya yang tidak menarik minat mereka.

Adat Istidat minangkabau telah menyusun sedemikian Rupa agar hubuangan anak pisang dan bako tak terputus hingga akhir hayat, Bahwa antara bako jo anak mamak, antara anak pisang jo anak bako mempunyai hubungan yg sangat erat, Menegaskan bahwa mulai dari kecil hingga meninggal dunia, peran bako tak bisa lepas begitu saja, bukan hanya baru lahir, sampai perkawinan, bahkan hingga meninggal dunia peranan bako akan selalu di butuhkan dalam tradisinya. Namun sayang, peranan bako seperti ini saat ini sudah banyak dilupakan, bahkan tidak di ketahui oleh sebahagian generasi milineal minang saat ini. (BP)

Foto By: Khiranda Yanti

Promo

🛒 DISH mini K-Vision ☆ COD

☆Harga: Rp. 250.000 - COD Area Kota Pariaman Dan Kab. Padang Pariaman - Sumbar. Harga Belum Termasuk Pemasangan/Instalasi Di tempat Anda.

☆Pruduk: Baru

Dalam Item Sudah Termasuk Kabel 15 meter, Lnb KU, Dish Plate Dan Biaya Pengiriman, Namun belum termasuk Biaya Operasional Pemasangan Di tempat Anda.

Hanya berlaku Dalam Area Kota Pariaman & Kab. Padang Pariaman - Sumbar.


Promo



 


Kunjungi Juga: