Bp Media - H. Baharuddin Arrasuli (1914-2002), kadang ditulis Baharuddin Rusli, adalah ulama Minangkabau, tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah, dan politikus Indonesia. Ia dikenal sebagai putra Syekh Sulaiman ar-Rasuli dan pengasuh pondok pesantren yang didirikan oleh ayahnya, Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang.
Latar belakang dan pendidikan
Baharuddin lahir di Candung, Agam pada 22 November 1914 dari pasangan Syekh Sulaiman ar-Rasuli dan Hajah Shafiyah. Ayahnya merupakan ulama besar Kaum Tuo Minangkabau yang mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Baharuddin belajar agama di beberapa surau seperti Canduang, Parabek, dan Jaho. Di Jaho, ia memperoleh ijazah MTI dari Syekh Muhammad Jamil Jaho pada 1933. Setelah mendapat ijazah, Baharuddin sempat merantau ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama.
Pada 1944, Baharuddin menjadi Ketua Perpustakaan Perti di Bukittinggi sembari berkhidmat di MTI Candung. Pada 1945-1947 ia menjadi kepala MTI Batu Kambing. Ketika kesehatan Syekh Sulaiman mulai menurun, Buya Baharuddin ditetapkan menjadi pengasuh MTI Canduang pada 1965-1971.[2] Kepemimpinan MTI selanjutnya diserahkan kepada adiknya, Buya H. Syahruddin Arrasuli, mengingat ia harus pergi ke Jakarta karena terpilih sebagai anggota DPR.
Selain menjadi guru di MTI, Buya Baharuddin mengajar bahasa Arab di Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol di Payakumbuh sejak 1967.
Latar belakang dan pendidikan
Baharuddin lahir di Candung, Agam pada 22 November 1914 dari pasangan Syekh Sulaiman ar-Rasuli dan Hajah Shafiyah. Ayahnya merupakan ulama besar Kaum Tuo Minangkabau yang mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Baharuddin belajar agama di beberapa surau seperti Canduang, Parabek, dan Jaho. Di Jaho, ia memperoleh ijazah MTI dari Syekh Muhammad Jamil Jaho pada 1933. Setelah mendapat ijazah, Baharuddin sempat merantau ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama.
Pada 1944, Baharuddin menjadi Ketua Perpustakaan Perti di Bukittinggi sembari berkhidmat di MTI Candung. Pada 1945-1947 ia menjadi kepala MTI Batu Kambing. Ketika kesehatan Syekh Sulaiman mulai menurun, Buya Baharuddin ditetapkan menjadi pengasuh MTI Canduang pada 1965-1971.[2] Kepemimpinan MTI selanjutnya diserahkan kepada adiknya, Buya H. Syahruddin Arrasuli, mengingat ia harus pergi ke Jakarta karena terpilih sebagai anggota DPR.
Selain menjadi guru di MTI, Buya Baharuddin mengajar bahasa Arab di Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol di Payakumbuh sejak 1967.
Organisasi dan politik
Baharuddin sudah aktif di Perti sejak awal pendirian organisasi tersebut. Ketika masih menjadi murid MTI pada 1932, ia menggerakkan Persatuan Murid Tarbiyah Islamiyah (PMTI) untuk menentang Ordonansi Sekolah Liar yang diusung oleh pemerintah Hindia Belanda. Beberapa jabatan pernah dipegang Baharuddin, seperti sekretaris jenderal dan anggota dewan penasihat.
Pada masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru, terjadi friksi di dalam tubuh Perti antara kubu Buya H. Rusli Abdul Wahid dan Buya H. Rusli Halil dengan kubu Buya H. Sirajuddin Abbas dan Buya H. Baharuddin ar-Rasuli. Kubu terakhir merapat ke Golkar dan dikenal dengan sebutan Tarbiyah. Pada Musyawarah Besar Tarbiyah di Bukittinggi tanggal 2-4 Juli 1970, Buya Baharuddin terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Tarbiyah.[4] Ia kemudian terpilih sebagai anggota DPR RI dari fraksi Golkar pada 1971-1977.
(Referensi: Wikipedia)