Oleh: Boy Paskand
Semenjak akhir 90 an sudah sering terjadi perdebatan diantara para generasi muda teluk kuantan juga kabupaten kampar. yaitu sebuah perdebatan klaim kebudayaan dan asal usul keturunan mereka, "Kami minang apa melayu??".
Semenjak kehadiran medsos, perdebatan itu bergulir ke ranah maya. penulis sendiri dulu sering berdebat dengan kawan-kawan dari kuantan dan kampar tentang ethnis keturunan kampar dan orang-orang teluk kuantan. Anak muda kampar dan kuansing bersitegas kalau mereka bukan keturunan minang, tapi tidak semua orang kampar dan kuansing membetulkan pendapat itu, banyak juga para tetua kampar dan teluk kuantan mengakui mereka mengakui keturunan minang, bukan melayu.
Anak muda kampar dan kuansing berusaha membenarkan sepihak sejarah keturunan mereka bukanlah orang-orang minang, tapi asli melayu. memang tak bisa juga di pungkiri, minangpun dalam garis besar adalah melayu, tapi melayu itu terbagi dua melayu tua dan melayu muda, orang kuansing dan ocu melayu yg mana?.
Semenjak kehadiran medsos, perdebatan itu bergulir ke ranah maya. penulis sendiri dulu sering berdebat dengan kawan-kawan dari kuantan dan kampar tentang ethnis keturunan kampar dan orang-orang teluk kuantan. Anak muda kampar dan kuansing bersitegas kalau mereka bukan keturunan minang, tapi tidak semua orang kampar dan kuansing membetulkan pendapat itu, banyak juga para tetua kampar dan teluk kuantan mengakui mereka mengakui keturunan minang, bukan melayu.
Anak muda kampar dan kuansing berusaha membenarkan sepihak sejarah keturunan mereka bukanlah orang-orang minang, tapi asli melayu. memang tak bisa juga di pungkiri, minangpun dalam garis besar adalah melayu, tapi melayu itu terbagi dua melayu tua dan melayu muda, orang kuansing dan ocu melayu yg mana?.
Jika dikutip dari tambo alam minangkabau, Kuantan dan kampar adalah negri rantau orang minang, sama halnya dengan pariaman. Pariaman dulunya bukanlah daerah minangkabau, tapi dibawah kekuasaan kesultanan aceh. Walau di domisili oleh perantau minang, tak ada satupun di temui peninggalan rumah gadang bagonjong di pariaman sampai sekarang, akan tetapi perantau minang dipariaman tak pernah melupakan identitas mereka, mereka orang minang dan masih mempertahankan adat istiadat minangkabau.
Sedangkan di kampar dan teluk kuantan banyak di temui peninggalan rumah adat minangkabau yg memang tak di urus lagi hingga sekarang, kuantan dan kampar sangat identik dengan adat istiadat minangkabau, apakah harus di pungkiri?
Rumah lontiok yg sekarang dijadikan satu destinasi wisata yang ada di Bangkinang Kabupaten Kampar , Provinsi Riau, juga mirip dengan rumah adat minangkabau. Rumah tersebut merupakan rumah adat, para ahli sejarah saja mengatakan kalau adat masyarakat Bangkinang ini titisan dari adat di Minangkabau, sehingga rumah adatnya hampir sama.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Kampar dengan Minang. Baik bahasa, adat, budaya dan tradisinya sangatlah mirip. Namun, orang-orang Kampar tidak mau mengakui dirinya sebagai orang Minang. Mereka akan marah jika digolongkan sebagai Orang Minang.
Dalam tambo adat Minangkabau, daerah Kampar merupakan salah satu daerah rantau bagi orang Minang Darek. Kampar menjadi kawasan rantau dari Luhak Limopuluah yang bernama Rantau Limo Koto yang terdiri dari Kuok, Bangkinang, Salo, Air Tiris, dan Rumbio. Hal tersebut tentunya memengaruhi sedikit banyaknya budaya Kampar.
Kampar dahulunya merupakan salah satu daerah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan Pagaruyung terbentang dari Pesisir Barat Sumatera Utara (Sibolga) sampai ke Mukomuko Bengkulu.
Dalam hal budaya dan tradisi pun tidak ada perbedaan yang mencolok. Masyarakat Kampar menganut sistem matrilineal Sama halnya dengan orang Minang.
Namun terjadi usaha untuk menghilangkan unsur-unsur Minang oleh masyarakat Kampar dengan cara me-Melayukan adat istiadatnya. hal ini tercermin dari berubahnya arsitektur rumah Lontik yang disesuaikan dengan budaya Melayu.
Bukan hanya adat istiadat, tapi kesenian orang ocu pun sama dengan adat istiadat minang, juga suku-suku yg ada di kampar seperti chaniago, piliang dan sikumbang, sama halnya dengan orang-orang minang. apakah masih dipingkiri itu bukan adat istiadat minang??
Penulis yg sering melakukan perjalanan keberbagai Daerah di Riau ini merasa tergiris dengan hal ini, setiap melewati kampar dan teluk kuantan selalu tergerak untuk membahas hal ini. Sampai sekarang penulis masih blom paham apa alasan orang ocu dan orang kuantan ingin melenyapkan sejarah itu?, apakah takut di anak tirikan oleh pemprov riau?, Kenapa harus malu mengakui minang??, Sedangkan orang non minang sendiri saat ini meyukai kebudayaan minang dan trdisinya.
Tak ada alasan malu mengaku minang, baca sejarah bagaimana pengaruh orang-orang minang dalam membangun bangsa indonesia ini tempo dulu, tak hanya di indonesia, bahkan di negeri malaysia dan singapura. ingat siapa perdana mentri pertama singapura dan penguasa pertama malaysia pasca lepas dari inggris?, orang minang lah yg membangun negri itu.
Jika Hanya Merasa di kecilkan karna di Riau adalah orang melayu yg berkuasa, itu salah. Bukan melayu asli penduduk riau, Tapi suku pedalaman, suku sakai dan suku talang mamak, merekalah suku asli Riau, yg justru orang-orang suku sakai dan talang mamak sendiri sampai sekarang masih mengakui kalau mereka adalah orang-orang dari minangkabau pagaruyung. Bahkan sulthan hassannal bolkiah sendiri (sulthan brunai darussallam) yg punya nenek moyang suku sakai mengakui sendiri kalau beliau juga keturunan minangkabau. beliau datang ke pagaruyung ketika pembangunan (replika istana pagaruyung) pada tahun 1990 (wikipedia).
Diminangkabau sendiri melayu adalah sebuah sub suku yg sama dengan suku-suku lainnya, seperti chaniago, jambak, sikumbang dan lain-lainnya yg memakai adat istiadat minang.
Mari kita rinci lagi sejarah tambo tentang daerah kekuasaan pagaruyung yg tak di akui oleh anak muda riau sendiri, padahal tambo ribuan tahun sebelum terkotak kotaknya batasan-batasan pulau sumatra oleh belanda dan pemerintahan orla sudah tertulis.
Dalam tambo adat Minangkabau, daerah Kampar merupakan salah satu daerah rantau bagi orang Minang Darek. Kampar menjadi kawasan rantau dari Luhak Limopuluah yang bernama Rantau Limo Koto yang terdiri dari Kuok, Bangkinang, Salo, Air Tiris, dan Rumbio. Hal tersebut tentunya memengaruhi sedikit banyaknya budaya Kampar.
Kampar dahulunya merupakan salah satu daerah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan Pagaruyung terbentang dari Pesisir Barat Sumatera Utara (Sibolga) sampai ke Mukomuko Bengkulu.
Dalam hal budaya dan tradisi pun tidak ada perbedaan yang mencolok. Masyarakat Kampar menganut sistem matrilineal Sama halnya dengan orang Minang.
Bagi saya pribadi orang-orang Kampar adalah orang Minang yang tidak ingin disebut Minang (Minang Anyuik) dan lebih memilih menjadi Melayu. Orang Kampar ialah orang Minang yang ingin jadi Melayu tapi tidak diterima oleh Orang Melayu itu sendiri. Karna sejatinya melayu riau adalah patrilineal sedangakan orang ocu dan teluk kuantan adalah matrilineal, garis keturunan yg di turunkan dari ibu, tak ada bedanya dengan orang minang di ranah minang.
Jika menilik lebih dalam, daerah-daerah sekitar Kampar dan Kuantan Senggigi seperti Rokan Hulu juga memiliki keterkaitan dan hubungan yang erat dengan istiadat Minangkabau, namun jangan sesekali anda mengatakan mereka orang minang walau mereka memakai adat minang dan punya suku jambak, chaniago, koto piliang dan lain-lain, anda akan di buly mereka jika mereka di katakan minang, bahkan mereka akan berkata: "kami bukan kabau, minangkabau adalah nama nama buatan belanda yg di pakai oleh kaum melayu muda seperti kami ini di daerah sumbar"
Jika menilik lebih dalam, daerah-daerah sekitar Kampar dan Kuantan Senggigi seperti Rokan Hulu juga memiliki keterkaitan dan hubungan yang erat dengan istiadat Minangkabau, namun jangan sesekali anda mengatakan mereka orang minang walau mereka memakai adat minang dan punya suku jambak, chaniago, koto piliang dan lain-lain, anda akan di buly mereka jika mereka di katakan minang, bahkan mereka akan berkata: "kami bukan kabau, minangkabau adalah nama nama buatan belanda yg di pakai oleh kaum melayu muda seperti kami ini di daerah sumbar"
Mereka beranggapan justru orang minang di sumbar ini adalah keturunan mereka di kampar sana sebelum berubah jadi minang. Sedangkan dari tambo alam minangkabau menyebutkan bahwa, kampar hanyalah rantau minang sedangkan daerah minangkabau tua adalah luhak 50 kota, luhak agam dan luhak tanah datar.
Dan mereka tak mengakui tambo alam minangkabau yg katanya tak asli, tapi meyakini ke aslian Tambo lubuk jambi yg di susun orang Kuantan singingi yg isinya banyak berlawanan dengan tambo alam minangkabau.
Kuantan Sengingi merupakan salah satu kabupaten di provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung dan Dharmasraya di Sumatera Barat. Budaya dan adat Minang sangat terasa di daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan Kuantan merupakan daerah Rantau Darek Luhak Tanah Datar menurut tambo alam minangkabau.
Kuantan Sengingi merupakan salah satu kabupaten di provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung dan Dharmasraya di Sumatera Barat. Budaya dan adat Minang sangat terasa di daerah tersebut. Hal tersebut dikarenakan Kuantan merupakan daerah Rantau Darek Luhak Tanah Datar menurut tambo alam minangkabau.
Menurut saya pribadi, faktor perbedaan provinsi menjadi penyebab banyaknya masyarakat Kampar dan teluk kuantan yang tidak mau mengakui dirinya sebagai orang Minang. Ketika ditanya Apakah mereka berbahasa Minang, mereka akan menjawab bahwa mereka berbicara dalam bahasa Ocu. Hal tersebut tentunya menjadi sesuatu yang janggal karena sejatinya bahasa Minang memiliki ragam logat dan dialek yang berbeda.
(Artikel ini bukan untuk membuly kebudayaan daerah lain, hanya sebagai bukti pembenaran sesuai budaya dan sejarah sesuai dengan apa yg telah di goreskan dalam sejarah.
Jika ada Generasi kampar dan teluk kuantan baca tulisan saya ini dan mengkritik, silahkan layangkan ke email boypaskand@gmail.com. kami terima kritikan anda sesuai alasan dan argumen yg masuk akal tentunya..)
(Boy Paskand - Putra Figur)