Rengat - Perjalanan penulis kali ini sampai di kab. indragiri hulu, provinsi riau. terlihat biasa saja, tapi jika di telusuri, tempat ini menyimpan berbagai sejarah masa lalu yg sangat menarik untuk di ketahui, terutama bagi para generasi riau khususnya.
Salah satu hal yg menarik perhatian penulis adalah tentang komonitas suku talang mamak yg hidup mengasingkan diri di hilir sungai indragiri.
Adapun suku talang mamak ini erat kaitannya dengan suku minangkabau, peneliti sejarah banyak berpendapat kalau suku talang mamak adalah orang-orang dari minangkabau tempo dulu.
Baca Juga:
Suku Talang Mamak menyebut dirinya sebagai Suku Tuha yang maknanya adalah suku pertama yang datang dan lebih berhak terhadap sumber daya di Indragiri Hulu. kalau begitu brati mereka sudah ada sebelum suku melayu dan suku lainnya datang ke inhu.
Orang Talang Mamak menunjukkan identitas secara jelas sebagai orang adat langkah lama, yakni masih mewarisi tradisi leluhur mereka.
Seperti berambut panjang, memakai sorban/songkok, dan bergigi garang (berwarna hitam karena menginang).
Suku Talang Mamak masih melakukan upacara-upacara adat dalam kegiatan sehari-hari mereka, antara lain:
1. Upacara timbang bayi
2. Sunat
3. Perkawinan (Begawai)
4. Tradisi menghibur orang yang sedang tertimpa kemalangan (Beranggul).
Suku Talang Mamak tergolong Melayu Tua (Proto melayu), Menurut Obdeyn-Asisten Residen Indragiri, Suku Talang Mamak berasal dari Pagaruyung yang terdesak akibat konflik adat dan agama.
Hingga sekarang sebagian besar kelompok Talang Mamak masih melakukan tradisi “mengilir/menyembah raja/datok di Rengat pada bulan Haji dan hari raya” sebuah tradisi yang berkaitan dengan warisan sistem Kerajaan Indragiri. Bagi kelompok ini ada anggapan jika tradisi tersebut dilanggar akan dimakan sumpah yaitu “ke atas ndak bepucuk, ke bawah ndak beurat, di tengah dilarik kumbang” yang artinya tidak berguna dan sia-sia.
Mereka memiliki berbagai kesenian yang dipertunjukkan pada pesta/gawai dan dilakukan pada saat upacara seperti pencak silat yang diiringi dengan gendang, main gambus, tari balai terbang, tari bulian dan main ketebung. Berbagai penyakit dapat disembuhkan dengan upacara-upacara tradisional yang selalu dihubungkan dengan alam gaib dengan bantuan dukun.
Prinsip memegang adat sangat kuat bagi mereka dan cenderung menolak budaya luar, tercermin dari pepatah “biar mati anak asal jangan mati adat”. Kekukuhan memegang adat masih kuat bagi kelompok Tigabalai dan di dalam taman nasional, kecuali di lintas timur karena sudah banyaknya pengaruh dari luar.
Salah satu hal yg menarik perhatian penulis adalah tentang komonitas suku talang mamak yg hidup mengasingkan diri di hilir sungai indragiri.
Adapun suku talang mamak ini erat kaitannya dengan suku minangkabau, peneliti sejarah banyak berpendapat kalau suku talang mamak adalah orang-orang dari minangkabau tempo dulu.
Baca Juga:
Kenapa Di Pariaman Tak Ada Ethnis Tionghoa Bermukim?, Semua Berawal Dari Tragedi Kansas.
Orang Talang Mamak menunjukkan identitas secara jelas sebagai orang adat langkah lama, yakni masih mewarisi tradisi leluhur mereka.
Seperti berambut panjang, memakai sorban/songkok, dan bergigi garang (berwarna hitam karena menginang).
Suku Talang Mamak masih melakukan upacara-upacara adat dalam kegiatan sehari-hari mereka, antara lain:
1. Upacara timbang bayi
2. Sunat
3. Perkawinan (Begawai)
4. Tradisi menghibur orang yang sedang tertimpa kemalangan (Beranggul).
Suku Talang Mamak tergolong Melayu Tua (Proto melayu), Menurut Obdeyn-Asisten Residen Indragiri, Suku Talang Mamak berasal dari Pagaruyung yang terdesak akibat konflik adat dan agama.
Hingga sekarang sebagian besar kelompok Talang Mamak masih melakukan tradisi “mengilir/menyembah raja/datok di Rengat pada bulan Haji dan hari raya” sebuah tradisi yang berkaitan dengan warisan sistem Kerajaan Indragiri. Bagi kelompok ini ada anggapan jika tradisi tersebut dilanggar akan dimakan sumpah yaitu “ke atas ndak bepucuk, ke bawah ndak beurat, di tengah dilarik kumbang” yang artinya tidak berguna dan sia-sia.
Mereka memiliki berbagai kesenian yang dipertunjukkan pada pesta/gawai dan dilakukan pada saat upacara seperti pencak silat yang diiringi dengan gendang, main gambus, tari balai terbang, tari bulian dan main ketebung. Berbagai penyakit dapat disembuhkan dengan upacara-upacara tradisional yang selalu dihubungkan dengan alam gaib dengan bantuan dukun.
Prinsip memegang adat sangat kuat bagi mereka dan cenderung menolak budaya luar, tercermin dari pepatah “biar mati anak asal jangan mati adat”. Kekukuhan memegang adat masih kuat bagi kelompok Tigabalai dan di dalam taman nasional, kecuali di lintas timur karena sudah banyaknya pengaruh dari luar.
Baca Juga:
Dengan berlakunya UU Pemerintah Desa No. 5 tahun 1979, mengakibatkan berubahnya struktur pemerintahan desa yang sentralistik dan kurang mengakui kepemimpinan informal. Akhirnya kepemimpinan Talang Mamak terpecah-pecah, untuk posisi patih diduduki 3 orang yang mempunyai pendukung yang fanatis, demikian juga konflik terhadap perebutan sumber daya. Walaupun otonomi daerah berjalan, konflik kepemimpinan Talang Mamak sulit diresolusi, mereka saat ini saling curiga.
Ada juga mitos yg mengatakan, bahwa Talang Mamak merupakan keturunan Adam ketiga berasal dari kayangan turun ke bumi, tepatnya di Sungai Limau Padang pariaman dan menetap di Sungai Tunu (Durian Cacar, tempat Pati).
Hal ini terlihat dari ungkapan “Kandal Tanah Makkah, Merapung di Sungai Limau, menjeram di Sungai Tunu”. Itulah manusia pertama di Indragiri nan bernama Patih.
Suku Talang Mamak sendiri tersebar di kecamatan:
Batang Gansal, Indragiri Hulu, Riau
Batang Cenaku, Indragiri Hulu, Riau
Kelayang, Indragiri Hulu, Riau
Rengat Barat, Indragiri Hulu, Riau
Rakit Kulim, Indragiri Hulu, Riau
Sumay, Tebo, Jambi: Dusun Semarantihan Desa Suo-suo
kecamatan kemuning, indragiri hilir
Dusun Tuo Datai
Untuk menuju Dusun Tuo Datai Talang Mamak yang terletak di Hulu Sungai Gansal dan Sungai Melenai Desa Rantau Langsat Kecamatan Batang Gansal Kabupaten Indragiri Hulu di Wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh dapat diakses jalan Darat. Yaitu melalui Siberida (Pekanbaru-Siberida 285 km) dengan menggunakan Mobil untuk menuju jalan bekas HPH. Atau juga melalui Simpang Pendowo sekitar 2,5 km dari desa Keritang, desa yang terletak di Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Rute sejauh 22 km dari Simpang Pendowo hingga memasuki perbatasan wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) atau juga yang lebih dikenal Jalan Dalex ini, sebaiknya dilakukan dengan sepeda motor ”lelaki” atau mobil bergardan dua.
Selanjutnya, jarak tempuh dari jalan Dalex ke Dusun Tuo Datai sekitar 6 hingga 8 km hanya bisa dilewati jalan kaki. Meski tidak begitu jauh, tetapi jangan berharap akan segera sampai. Karena, medan yang diarungi harus ”mendaki gunung melewati lembah sungai mengalir indah.” Jadi, diperlukan stamina jreng untuk menempuh 1 hingga 3 jam perjalanan.
Jika di rincikan, Orang Talang Mamak terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan pandangan mengenai asal usul dan kepemimpinan serta tradisi lokalnya.
Pertama adalah kelompok Talang Mamak Sungai Limau yang berdiam di sekitar daerah aliran Sungai Limau dan Sungai Cenaku. Kedua, kelompok Talang Mamak Sungai Gangsal yang berdiam di sekitar daerah aliran Sungai Gangsal dan Sungai Akar di lingkungan Pegunungan Bukit tiga puluh.
Kelompok pertama menganggap diri mereka sebagai keturunan Datuk Mendarjati.
Sedangkan kelompok kedua menganggap diri mereka keturunan tiga bersaudara, yaitu Datuk Ria Belimbing, Datuk Ria Tanjung dan Datuk Ria Muncak. Menurut sejarah lisannya suku bangsa ini pernah dipengaruhi Kerajaan Pagaruyung, sehingga sebagian adat istiadat mereka sedikit banyak memang menyerupai kebudayaan Minangkabau pra-Islam.
Masyarakat ini cenderung menganut sistem kekerabatan matrilineal sama seperti minangkabau. antara lain karena jabatan kepemimpinan, seperti batin, penghulu, mangku dan monti serta pewarisan harta pusaka hanya bisa diturunkan kepada anak lelaki saudara perempuan.
Rumah tangga terbentuk dari keluarga inti yang membuat rumah sendiri di sekitar tempat tinggal orang tua istri (uksorilokal). Kesatuan hidup tertinggi mereka setingkat dengan kampung, dan setiap kampung dipimpin oleh seorang batin atau penghulu adat. Selain itu masyarakat ini mempunyai pemimpin kharismatik yang bergelar Datuk Patih.
Boy Paskand - Putra Figure
(Dokumen pribadi dan di Referensi dari Berbagai Sumber)