Type Here to Get Search Results !

Menelusuri Awal Mula Adanya Tradisi Malamang Di Minangkabau

Oleh: Boy Paskand

Pariaman Line - Begitu banyak tradisi Dan budaya dari Bumi minangkabau yg Patut untuk di ekspost ke Berbagai media Untuk di publikasikan. Salah satunya Tradisi ' Malamang' Yg Biasanya di Lakukan Ketika Hari-Hari besar Umat Islam, Seperti Memperingati Maulud nabi Besar SAW.

Tradisi Malamang Memang Banyak di temui Di kabupaten Padang Pariaman, Namun Meski Begitu Tradisi Malamang ini Juga bisa di temui Di berbagai kabupaten lain Yg Ada di sumatera barat, Tapi Uniknya Dikawasan Tapakis Ulakan, Seisarik VII Koto Dan Nan Sabaris di Kab. padang Pariaman, tradisi malamang Apabila Hari Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW Tiba, Tampak Begitu Semarak.

Di kecamatan VII  koto seisarik Sendiri, tradisi malamang Menurut penulis Lebih Semarak Lagi Apabila Di Bandingkan Dengan Kecamatan lain yg ada di kab. padang pariaman. Bayangkan saja, Setiap peringatan Hari Maulud nabi muhammad SAW, Ada warga yg membuat 'lamang' hingga Ribuan Batang / Rumah.

Penulis Sempat Berbincang-bincang  Dengan One sari Alam (70 thn) Dan Andah Sulan (75 Thn) Tentang tradisi malamang Di Kawasan sei sarik. Kedua Orang Nenek ini adalah warga Korong Kayu Maranting yang Ada dalam kenagarian Limpato sei sarik, kec. VII Koto, kab. padang pariaman.

Menurut 'Andah Sulan', Tradisi malamang sudah ada sejak lama. Masyarakat sungai sariak sangat menghormati para besan dan Menantu, Dengan Malamang Yg jumlahnya begitu banyak Sudah di hitung juga untuk di antar nantinya ke pada besan.

" Bagi kita di sungai sariak sangat memalukan jika Ketika Malamang Para besan Terdekat tidak di undang Hadir. Dan Sesuai Pipatah Lama, Bajalan Babuah Batih, Malenggang Babuah Tangan. Kaganti Buah Tangan para besan Pulang, Maka Nanti  Para Besan ' diparagiah' beberapa Batang.., Bukan Hanya Itu, 'Lauak Ambu-Ambu' yg baru di masak, masih hangat-hangat langsung di bungkus kaganti buah tangan para besan pulang.. " Jelas andah Sulan.

" Perlu di ingat.., Semakin Banyak Para besan kita, maka semakin banyak kita Malamang Dan memasak lauak pauk. Sebenarnya Lamang yg akan di bawa kesurau ( Ketika Acara Peringatan Maulud nabi Muhammad SAW ) Tak berapa batang, tapi Untuk besan mesti Harus di berikan lamang yg masih baru, bukan lamang ataupun lauak pauk sisa dari yg di bawa ke surau. sangat malu sekali apabila sisa-sisa yg harus diberikan kepada besan kita.." Sambung One Sari Alam.

Malamang Adalah Tradisi yg Sudah lama ada di ranah minang, namun malamang jika di Telusuri tak ada kaitannya dengan adat istiadat Minangkabau, Tapi berkaitan dengan Masuknya agama islam tarekat syattariah yg bermula dari pesisir pantai barat sumatra barat, Yakni di pariaman dan di bawa oleh syekh Burhannudin ulakan.

Tak ada catatan detil entah sejak kapan tradisi malamang ini ada dan berkembang. Namun Tradisi malamang menurut berbagai sumber tak diragukan lagi  Berkembang sejak Awal-awal kedatangan Ulama besar syekh burhannudin di Ulakan setelah Beliau Kembali Dari Aceh. 

Sejalan Dengan Yg Dikutip Dari Wikipedia, Menuliskan Kalau Tradisi malamang telah berlangsung sejak ratusan tahun silam dan berlangsung secara turun temurun sampai sekarang, tradisi ini berlangsung dari peran Syekh Burhanuddin (pembawa ajaran Islam di Minangkabau). Saat itu Syekh Burhanuddin melakukan perjalanan ke daerah pesisir Minangkabau untuk menyampaikan agama Islam serta bersilaturrahmi ke rumah penduduk. Dari kunjungannya, masyarakat sering memberikan makanan yang masih diragukan kehalalannya. Dia pun menyarankan kepada masyarakat yang dikunjungi agar mencari bambu, kemudian mengalasnya dengan daun pisang muda. Setelah itu dimasukan beras ketan putih dan santan, kemudian dipanggang di atas tungku kayu bakar. Syekh Burhanuddin pun menyarankan kepada setiap masyarakat agar menyajikan makanan lamang ini menjadi simbol makanan yang dihidangkan dalam Pertemuan Kebersamaan Di surau,  Maupun Ketika Acara maulud Nabi Muhammad SAW. (Wikipedia).

Di Kab. Padang pariaman, Khususnya di kec. Sei sarik VII Koto, Selain Sebuah Tradisi Ketika Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, Malamang juga Bisa menjadi Symbol Kekompakan dan silaratulrahim / Silaratulrahmi antara 'Ipa jo besan', 'Mintuo Jo Minantu' , 'Anak Mamak Jo Bako' Serta 'Anak jo mandeh', karna malamang biasanya tak dilakukan secara pribadi, tapi dengan kebersamaan atau berkelompok yg di Hadiri Para Keluarga Besar Bersangkutan (BP).

Foto: Wikipedia, Merdeka.com

close


Promo



 


Kunjungi Juga: