Salah satu kebudayaan dan tradisi yang unik namun sangat menarik, mata para penikmat wisata Tanah Datar tak lepas dari satu sosok yang aneh dan bertingkah lucu. Dulu ci muntu sering di peragakan di setiap acara alek nagari yg tak hanya di tanah datar saja, tapi juga di acara alek nagari yg di kabupaten padang pariaman, agam dan kabupaten lainnya yg ada di sumatera barat. Namun saat ini Tradisi Badut khas minangkabau ini hanya bisa di temui di tanah datar.
Saat ini peragaan Cimuntu sering dilihat pada acara Alek Nagari di Andaleh Baruh Bukik, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Jika dari Kota Padang, kira-kira menempuh 4 jam perjalanan menggunakan motor atau mobil. Disini alek nagari diadakan setiap hari raya idul fitri, Nuansanya sangat kental dengan kebudayaan Minangkabau. Berbagai kesenian Minang dapat kita saksikan di kegiatan ini selain peragaan ci muntu, seperti lukah gilo, tari piring, randai, silat dan kesenian lainnya.
Seperti penuturan salah seorang teman admin asal daerah setempat menyatakan, Alek Nagari rutin di gelar di daerah ini setiap tahunnya. merupakan kegiatan yang diadakan oleh pemuda-pemuda Andaleh Baruh Bukik. Sebagai wujud ingin mengenalkan kepada semua orang bahwa kebudayaan Minangkabau masih melekat di jiwa muda-mudi Minangkabau. Momen ini juga ajang menarik wisatawan untuk datang ke daerah, dan berharap kesenian ini tidak hanya dikenal orang pemuda Minang. Tapi seluruh pemuda di Indonesia, Dan semoga momen ini menjadi salah satu alasan wisatawan mancanegara berkunjung ke Sumatera Barat.
Dibalik kelucuan bentuk cimuntu, ternyata ada sejarahnya juga menurut masyarakat, Konon menurut cerita, Cimuntu merupakan salah satu bentuk penyamaran para pejuang-pejuang pada masa perang. Dahulunya Cimuntu berperan penting dalam taktik perang pada zaman Perang Padri yang dipimpin Tuangku Imam Bonjol. Seiring perkembangannya, ci muntu di peragakan untuk hiburan seni dan budaya.
Menurut salah seorang niniak mamak warga Nagari Andaleh, Simuntu sudah ada sejak jaman dahulu. Di masa Kerajaan pagaruyung dan dipergunakan juga untuk menacari sumbangan bagi kegiatan kalangan anak muda. Alkisah suatu ketika acara kesenian memerlukan biaya yang cukup besar. Sumbangan ninik mamak saja tidak mencukupi. Mau diminta kepada masyarakat nagari, tidak ada yang mau menjalankannya. Ketika itulah ide untuk membuat si Muntu ditemukan.
Kemudian 'Si Muntu diarak keliling kampung. Dia tidak bersuara. Dia tidak pula meminta. Tetapi di kedua tangannya terpegang 'tangguk' kosong. Bila merasa senang dengan kehadiran si Muntu yang bisa melenggang lenggok di jalan sambil diiringi talempong, maka berilah sesuatu ke dalam tangguk yang dia pegang.
Si Muntu sudah jarang dipertontonkan lagi di tempat lain, padahal dulu di setiap acara alek nagari di setiap kabupaten yg ada di sumbar sering memperagakannya. Saat ini Hiburan sudah banyak, Kalangan pemuda pun, kini maunya serba instan.
#Simuntu
#Tanah_Datar
#Sumbar
#Cimuntu
Cat: Boy paskand
Foto: detik.com, kabarantau.com