BP Media - Sejarah yg telah tergores di tangan penguasa akan selalu di kenang di benak generasi muda yg mencintai sejarah negerinya. Baik buruknya catatan sejarah itu akan mempengaruhi pemikiran dan pandangan mereka terhadap kejadian dimasa lalu di negerinya terhadap oknum ataupun penguasa di masa silam.
Bung karnopun Pernah menggoreskan tinta hitam yg membuat trauma bagi orang-orang minang, yaitu ketika bung karno memerintahkan jendral ahmad yani memimpin pasukan militer ke sumatera tengah menghabisi orang-orang yg di anggap terlibat PRRI saat itu di bukittinggi. Pakar sejarah dan politik banyak berpendapat, karna catatan hitam itulah sehingga nama bung karno tidak lagi harum seperti sebelumnya di sumatera tengah (Riau dan Sumbar Sekarang).
Salah satu yg tak pernah terlupakan oleh generasi muda terutama generasi muda minang adalah perlakuan penguasa orla terhadap salah seorang ulama dan putra terbaik ranah minang, juga berlaku pada tokoh-tokoh hebat asal minang yg telah membantu soekarno dalam berjuang yg kemudian setelah ia memegang tampuk pimpinan sengaja di jatuhkan soekarno karna pemikiran mereka dianggap tak sesuai dengan pandangan politik soekarno, muhammad hatta pun mengundurkan diri. Karena pertikaian pandangan politik, buya hamkapun pernah di penjarakan soekarno.
Salah satu yg tak pernah terlupakan oleh generasi muda terutama generasi muda minang adalah perlakuan penguasa orla terhadap salah seorang ulama dan putra terbaik ranah minang, juga berlaku pada tokoh-tokoh hebat asal minang yg telah membantu soekarno dalam berjuang yg kemudian setelah ia memegang tampuk pimpinan sengaja di jatuhkan soekarno karna pemikiran mereka dianggap tak sesuai dengan pandangan politik soekarno, muhammad hatta pun mengundurkan diri. Karena pertikaian pandangan politik, buya hamkapun pernah di penjarakan soekarno.
Baca Juga:
Buya Hamka (Dr Haji Abdul Malik Karim Amrullah) merupakan salah satu tokoh yang pernah diperlakukan Soekarno sebagai musuh besarnya.
Kebencian Soekarno terhadap ulama besar asal Minangkabau itu tidak tanggung-tanggung. Presiden pertama Indonesia itu melakukan fitnah sangat keji dan menjebloskan Hamka ke penjara tanpa proses pengadilan.
Dikutip dari Republika.co.id, meski dizalimi dan dihinakan Soekarno, dikurung di jeruji besi selama dua tahun empat bulan, Buya Hamka tidak pernah menyimpan dendam terhadap Soekarno.
Anak kelima Buya Hamka, Irfan Hamka, dalam buku Ayah menceritakan bagaimana ayahnya bersikap terhadap rezim Soekarno. Dalam suatu acara yang digelar Dewan Kesenian Jakarta pada 1969, Buya Hamka memaparkan dua hal, pertama pelarangan peredaran buku-buku Pramoedya Ananta Toer, dan kedua bagaimana sikapnya terhadap Pramoedya yang menjadi penyebab Hamka dipenjara.
Kebencian Soekarno terhadap ulama besar asal Minangkabau itu tidak tanggung-tanggung. Presiden pertama Indonesia itu melakukan fitnah sangat keji dan menjebloskan Hamka ke penjara tanpa proses pengadilan.
Dikutip dari Republika.co.id, meski dizalimi dan dihinakan Soekarno, dikurung di jeruji besi selama dua tahun empat bulan, Buya Hamka tidak pernah menyimpan dendam terhadap Soekarno.
Anak kelima Buya Hamka, Irfan Hamka, dalam buku Ayah menceritakan bagaimana ayahnya bersikap terhadap rezim Soekarno. Dalam suatu acara yang digelar Dewan Kesenian Jakarta pada 1969, Buya Hamka memaparkan dua hal, pertama pelarangan peredaran buku-buku Pramoedya Ananta Toer, dan kedua bagaimana sikapnya terhadap Pramoedya yang menjadi penyebab Hamka dipenjara.
Buya Hamka, tulis Irfan Hamka, tidak pernah menyetujui pelarangan tersebut, karena filsafat hidup Buya Hamka adalah cinta. ''Kalau tidak suka pada isi sebuah buku, jangan buku itu dilarang, tapi tandingi dengan menulis buku pula, kata beliau,'' tulis Taufiq Ismail menceritakan sosok Buya Hamka dalam pengantar buku Ayah.
Di sini kebesaran hati seorang Buya Hamka teruji. Ia memaafkan Pramoedya. Padahal, namanya dihancurkan Pramoedya lewat tulisan di surat kabar Bintang Timur yang merupakan media pro-PKI.
Baca Juga:
Dalam surat kabar ini terdapat kolom seni-budaya bernama Lentera. Kolom itu diasuh Pramoedya.
Dalam kolom itu, sejumlah satrawan yang kontra PKI diserang, seperti HB Jasin, Sutan Takdir Alisjahbana, Trisno Sumardjo, Asrul Sani, Misbach Yusa Biran, Bur Rasuanto, termasuk Buya Hamka. Hamka yang aktif di Muhammadiyah dan Masyumi yang jelas-jelas kontra PKI menjadi sasaran tembak.
Buya kemudian ditahan karena dianggap melanggar UU Anti-Subversif Pempres No. 11. Ia dituding terlibat dalam upaya pembunuhan Soekarno dan Menteri Agama saat itu, Syaifuddin Zuhri. Namanya dihancurkan, perekonomiannya dimiskinkan, kariernya dimatikan dan buku-bukunya dilarang beredar sejak itu.
Tetapi, sang ulama besar ini tidak pernah menyimpan dendam. Bukti shahihnya adalah saat Kafrawi, Sekjen Departemen Agama dan Mayjen Soeryo, ajudan Presiden Soeharto, datang ke rumah Hamka membawa pesan dari keluarga Soekarno pada 16 Juni 1970. Pesannya, Buya Hamka dengan sangat hormat diminta mengimami shalat jenazah Soekarno.
Dalam kolom itu, sejumlah satrawan yang kontra PKI diserang, seperti HB Jasin, Sutan Takdir Alisjahbana, Trisno Sumardjo, Asrul Sani, Misbach Yusa Biran, Bur Rasuanto, termasuk Buya Hamka. Hamka yang aktif di Muhammadiyah dan Masyumi yang jelas-jelas kontra PKI menjadi sasaran tembak.
Buya kemudian ditahan karena dianggap melanggar UU Anti-Subversif Pempres No. 11. Ia dituding terlibat dalam upaya pembunuhan Soekarno dan Menteri Agama saat itu, Syaifuddin Zuhri. Namanya dihancurkan, perekonomiannya dimiskinkan, kariernya dimatikan dan buku-bukunya dilarang beredar sejak itu.
Tetapi, sang ulama besar ini tidak pernah menyimpan dendam. Bukti shahihnya adalah saat Kafrawi, Sekjen Departemen Agama dan Mayjen Soeryo, ajudan Presiden Soeharto, datang ke rumah Hamka membawa pesan dari keluarga Soekarno pada 16 Juni 1970. Pesannya, Buya Hamka dengan sangat hormat diminta mengimami shalat jenazah Soekarno.
''Jadi beliau sudah wafat?'' kata Hamka bertanya kepada Kafrawi.
''Iya Buya. Bapak telah wafat di RSPAD, sekarang jenazahnya telah dibawa ke Wisma Yaso.''
''Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku,'' kata Sukarno berpesan.
Hamka terkejut, pesan tersebut ternyata datang seiring dengan kabar kematian Soekarno. Tanpa pikir panjang, ia kemudian melayat ke Wisma Yaso, tempat jenazah Bung Karno disemayamkan. Sesuai wasiat Soekarno, Buya Hamka pun memimpin shalat jenazah mantan presiden yang pernah menjebloskannya ke penjara itu.
Baca Juga:
Keberanian Tuanku Buo Dalam Perang Tuak
Hamka bahkan memuji Soekarno yang membangun Masjid Baitul Rahim di Istana Negara dan Masjid Istiqlal. Ia pun menyelesaikan tafsir Al-Azhar yang menjadi karya fenomenalnya berkat andil Soekarno. Sebab, tafsir yang mahsyur seantero Asia itu diselesaikan saat ia berada di penjara.
'Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa itu semua merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir Alquran 30 juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan itu…,'' kata Buya Hamka.***
Sumber: Repulika
Editor: Putra Figur
Hamka bahkan memuji Soekarno yang membangun Masjid Baitul Rahim di Istana Negara dan Masjid Istiqlal. Ia pun menyelesaikan tafsir Al-Azhar yang menjadi karya fenomenalnya berkat andil Soekarno. Sebab, tafsir yang mahsyur seantero Asia itu diselesaikan saat ia berada di penjara.
'Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa itu semua merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir Alquran 30 juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan itu…,'' kata Buya Hamka.***
Sumber: Repulika
Editor: Putra Figur
Bepe Media Blogs ©️ 2020 - 2023