Oleh: Putra Figur
Editor: Boy Paskand
Banyak yang bertanya-tanya kenapa di kota pariaman hingga saat ini tak ada ethnis china yg bermukim?!. Apa sebabnya?, bahkan bisa di katakan Di sumbar satu-satunya kota yg tak ada warganya ethnis china hanyalah di kota pariaman.
Padahal Menurut catatan sejarah, komunitas China pernah sangat ramai di Pariaman. Masyarakat Tionghoa di Pariaman sudah ada sejak zaman Belanda. Mereka yang ada di Pariaman umumnya para pedagang, pemilik pabrik roti, pabrik sabun, hingga distributor rempah-rempah dan kebutuhan sehari-hari (kumango).
Editor: Boy Paskand
Banyak yang bertanya-tanya kenapa di kota pariaman hingga saat ini tak ada ethnis china yg bermukim?!. Apa sebabnya?, bahkan bisa di katakan Di sumbar satu-satunya kota yg tak ada warganya ethnis china hanyalah di kota pariaman.
Padahal Menurut catatan sejarah, komunitas China pernah sangat ramai di Pariaman. Masyarakat Tionghoa di Pariaman sudah ada sejak zaman Belanda. Mereka yang ada di Pariaman umumnya para pedagang, pemilik pabrik roti, pabrik sabun, hingga distributor rempah-rempah dan kebutuhan sehari-hari (kumango).
Mereka bahkan punya pandam pakuburan tersendiri, yakni di belakang Makodim 0308/Pariaman (sekarang).
Komunitas China Pariaman dulu bermukim di area Kampung Chino yakni di Jl. SB Alamsyah Kp Balacan, Kp Jawo, dan Kp Pondok.
Tempat sembahyang China di Pariaman terletak di Simpang Tabuik yang sekarang persis berada di deretan Toko Ali. mereka hidup rukun berdampingan dengan pribumi.
Hingga Pada akhirnya datang sebuah Insiden yg mana di kenal dengan nama insiden Kansas yang sangat memilukan.
Insiden “Kansas” itu terjadi sekitar tahun 1944 bertepatan sebelum hengkangnya Jepang dari tanah air. Peristiwa Kansas itu sendiri terjadi di Simpang Kampuang Cino Pariaman tepatnya di simpang tugu tabuik sekarang.
Insiden itu adalah peristiwa pembunuhan (dengan penggorokan) terhadap beberapa orang penduduk keturunan Tionghoa di Pariaman karena sesuatu alasan. Kansas dalam artian Kanso, adalah alat yang dilakukan untuk menggorok. Kanso bisa disamakan dengan jenis logam seng tebal yang terdapat pada beberapa kaleng. Kanso yang digunakan saat itu diambil dari bekas kaleng roti.
Menurut Bebarapa Catatan, Peristiwa Kansas dipicu akibat tidak setianya beberapa oknum penduduk China Pariaman kepada pejuang pribumi. Tidak semuanya memang, namun akibat gesekan rasial tersebut seluruh komunitas China yang ada di Pariaman hengkang menyelamatkan diri ke berbagai daerah. Aset mereka ditinggal begitu saja, beberapa waktu kemudian dijual murah melalui perantara.
Dikutip Dalam artikel ”Pariaman (Saat) Cina Pariaman" oleh Erniwati dalam "Masih(kah) Indonesia", laporan keberadaan etnis Tionghoa di Pariaman sudah ada sekitar tahun 1663 - tinggal dan menetap. Keberadaannya semakin kentara terkait dengan kehadiran perusahaan dagang Belanda di Pantai Barat. Mereka bekerja sebagai pedagang dan agen pedagang eceran bagi Belanda. Belanda memasok kebutuhan dari Batavia ke Padang dan Pariaman melalui mereka. Keberadaan etnis Tionghoa telah menghidupkan perdagangan Pantai Barat.
Saat Jepang berhasil mengalakan Belanda pada 1942, terjadi aksi perampasan harta terhadap etnis Belanda. Etnis Tionghoa juga menjadi sasaran karena dianggap sebagai kaki tangan. Aksi ini dikenal dengan istilah "Cina Mengamuk" karena etnis Tionghoa mempertahankan diri dari amukan warga Pariaman. Aksi ini mereda setelah para pemuka adat turun tangan.
Selama pendudukan Jepang, Jepang melakukan Japanisasi dengan mengharuskan anak-anak bersekolah, pegawai, ulama, dan unsur-unsur lain dalam mempelajari bahasa Jepang, serta membungkukkan badan ke timur untuk menghormati Kaisar Jepang. Selain itu, juga dibentuk Giyu-gun laut yang menjadi cikal angkatan laut. Pengorganisasasian ini didukung pula oleh etnis India dan Arab, sedangkan etnis Tionghoa ragu-ragu - tidak menentukan sikap politik.
Saat sekutu masuk, terjadi kekerasan lagi terhadap etnis Tionghoa di daerah Pantai Barat, etnis Tionghoa dari Pariaman, Tiku, Painan, dan Muko Muko mengungsi ke Kota Padang, kondisi teror ini menyebabkan etnis Tionghoa di Sumatera Barat membentuk Po An Tui untuk menjaga keamanannya sendiri.
Ketiadaan etnis Tionghoa di Pariaman menjadi sempurna pada 1965, etnis Tionghoa meninggalkan aset tak bergerak dan hanya membawa harta bergerak. Pada masa Orde Baru daerah yang kini dikenal Kab. Padang Pariaman difokuskan kepada kawasan pertanian.
----------------------
Referensi:
☆https://arsip-artikel-online.blogspot.com/2016/10/pariaman-satu-satunya-kota-bebas-china.html?m=1
☆https://www.harianhaluan.com/sumbar/amp/pr-10218420/tionghoa-pariaman-sejarah-yang-terlupakan
☆https://www.google.com/amp/s/energibangsa.id/pariaman-satu-satunya-kota-tanpa-etnis-china/amp/