Oleh: Boy Paskand
Pariaman Line, Opini - Terlahir sebagai seorang laki-laki di bumi minangkabau adalah mesti menjalankan tugas ganda, Siap tak siap, mau tak mau. Bukan hanya sebagai pemimpin bagi istri dan anak-anak, tapi juga bagi kamanakan dan kaumnya.
"Kaluak paku kacang balimbiang
Daun bakuang lenggang-lenggangkan
Anak dipangku kamanakan di bimbiang
Urang kampung dipatenggangkan."
Bagi Seorang laki-laki tunggal di tengah keluarga (tak mempunyai saudara laki-laki), peran sebagai seorang mamak di pusako Tinggi bukanlah mudah, disamping sebagai peran sebagai kepala keluarga bagi istri dan anak-anaknya. Mamak sangat berperan penting bagi kemenakan, (dulu bagi kemenakan perempuan, mamak lah mencarikan jodoh). Semua yang terjadi terhadap kemenakannya, maka mamak lah yang akan bertanggung jawab dan mengatasi semuanya, karna apapun kejanggalan di 'tangah kampuang' yg di lakukan oleh pihak kamanakan, kepada mamaklah di Keluhkan oleh masyarakat, tepatnya bukan kepada 'Rang sumando' atau bapak dari kemenakan.
Peran mamak saat ini memang tak serumit dulu, Dulu, tugas seorang mamak sangat berperan penting dalam segala hal seperti berkewajiban dalam adat istiadat, agama, kesenian dan prilaku sehari-hari. Jika kemenakan melakukan kesalahan, maka mamak akan ikut malu.
Namun, pada saat sekarang ini pergeseran peran seorang mamak telah tergantikan seiring perkembangan zaman. Dulu, kewajiban seorang mamak mendidik kemenakannya tapi sekarang semuanya diambil alih oleh lembaga sosial sebagai lembaga pendidikan formal.
Tapi walaupun begitu, tanggung jawab seorang mamak tak bisa lepas begitu saja, mamak selalu dilibatkan dalam kehidupan sosial kemenakan, mulai dari menjaga harta pusako tinggi, Masalah perkawinan, kusuik manyalasaikan dan alek baiak alek buruak, peran aktif seorang mamak selalu dituntut untuk selalu aktif, kalau tak ingin menjadi buah 'kecek' di tangah kampuang. Walau tak bisa di pungkiri, memang ada sebagaian mamak yg semestinya menjaga harta pusaka tinggi untuk di turunkan kepada kemenakan kelak, malahan digadaiakan dan di perjual belikan, sehingga Wibawa seorang mamak akhirnya luntur di hadapan saudara dan kamanakan.
Akhir-akhir ini penulis Sangat trenyuh mendengar berita-berita tragis yg tak seharusnya terjadi di bumi minangkabau, yaitu tentang perlakuan kamanakan yg di bantu oleh sumando sendiri untuk mencelakai mamak pusako untuk menguasai harta pusako tinggi. Tugas seorang mamak bukan mudah, dia di tuntut untuk selalu mengawasi sanak kemenakannya dan harta pusaka tinggi,, walau jauah di lubuk hatinya merasa berat dikarenakan juga sibuk mengurusi keluarganya mencari nafkah, namun mau tak mau, siap tak siap,, ia harus aktif dan dituntut oleh ikatan budaya dan adat istiadat yg sudah di wariskan agar siap berperan ganda, berperan sebagai ayah bagi anak-anaknya, dan mamak bagi kemenakannya.
Kaum muda milineal minang saat ini memang tak banyak menyadari kalau diminangkabau peran mamaklah yg paling ditonjolkan dirumah gadang, bukan orang sumando, karna ada istilah plesetan 'Kedudukan rang sumando, bak abu di ateh tunggua, tibo angin tabang berserakan..'. Kedudukan seorang mamak apabila masih hidup tak bisa di gantikan oleh rang sumando, sangat tabu apabila seorang sumando ikut campur masalah harta warisan pusako tinggi, bakalan menjadi buah gunjingan di 'tangah kampuang' yg tampa di sadari oleh rang sumando itu sendiri.
Peran seorang mamak ini mesti di sadari oleh rang sumando, kemenakan, maupun oleh istri seorang mamak itu sendiri, agar wibawanya selalu dijaga, sebab tugas seorang laki-laki di bumi minangkabau tidaklah mudah, karna mamak tak hanya full tugasnya di tengah anak istrinya, tapi juga bagi sanak kemenakannya. Andaikan dijelaskan secara detil, saat ini berkemungkinan banyak laki-laki yg tak menginginkan tugas ganda seperti ini, tapi mau tak mau, siap tak siap ia harus siap, apalagi 'Tonggak babeleang' yg tak mempunyai saudara laki-laki yg lain untuk Berbagi tugas maupun untuk bertukar pendapat.
Sudah selayaknyalah kedudukan seorang mamak di hargai oleh sanak kemenakannya, terutama bagi kemenakan laki-laki yg kelak siap-siap akan menjadi seorang mamak juga, siap tak tak siap, mau tak mau, tugas berat seorang mamak akan tetap dipikulnya selagi hidup di bumi minangkabau. malu mamak malu sanak kemenakan, "Baguncang Rumah Gadang, Tagadai pusako tinggi".
Seiring pergesaran zaman, Banyak terjadi hal janggal yg tak sepatutnyalah berlaku terhadap seorang mamak. 'Condong mato kanan rancak, condong salero kanan lamak, kok kayo mamak di jalang, kok bansaik mamak di buang.., dek ameh sagalo jadi, Dek pitih tampaklah budi, dek indak mamak tacampak...', Padahal peran seorang mamak di tangah kampuang juga tak bisa di hitung dengan uang, manuruik alek baiak jo buruak, managak an marwah sanak kamanakan di tangah kampuang, manjago pusako tinggi, 'mangamehan' alek sanak kamanakan (meskipun terkadang ia harus meninggalkan tugas wajibnya sebagai seorang suami dan sebagai seorang ayah..) bayangkan...??!.
Marilah kita sama-sama menghargai seorang mamak dan tegakkan wibawanya layaknya orang tua yg mesti di hormati. Lantas bagaimana jika seorang mamak berbuat kesalahan yg tak sesuai dengan ketentuan adat yg telah di gariskan ??,, Falsafah adat istiadat minangkabau telah mengajarkan kita bebas bersuara dan berpendapat, meskipun kepada seorang pemipin sekalipun, tapi tentunya tidak mengurangi rasa hormat kita terhadap orang yang dituakan. "Guru di lawan jo kaji, Mamak di lawan jo Pituah..".,,
"Atai-atai sibungo atai,
lah kambang bungo sitawa,
tacaca bana jangguik mamak kalantai,
manusia biaso basifat gawa.."
Semoga kedepannya kita sadari betapa berartinya kedudukan seorang mamak, apalagi niniak mamak di minangkabau. Disamping harus mencari nafkah untuk kelangsungan hidup keluarganya, ia juga dituntut untuk selalu aktif bagi sanak kemenakannya, begitu juga ke aktifannya ditengah masyarakat, Itulah tugas berat seorang laki-laki di minang yg kadangkala tak pernah kita sadari...
wassallam.. (BP)