Type Here to Get Search Results !

Keberanian Tuanku Buo, Pahlawan Perang 'Tuak' Dalam Perang Paderi Di Minangkabau


Pariaman Line - Salah satu perang yg tercatat sangat merugikan belanda selain perang diponegoro adalah perang paderi. dua perang ini memakan waktu yg sangat lama dan memakan korban yg begitu banyak pada kedua belah pihak. Bahkan perang paderi tidak hanya berkutat di ranah minang saja, tapi menjalar hingga ke negri rantaunya dan daerah sekitarnya, sperti daerah yg saat ini sudah masuk provinsi Riau, Jambi dan sumatra utara.

Dalam perang paderi tercatat banyak para pemimpin dari kalangan adat dan ulama yg ikut terlibat memerangi belanda, diantaranya adalah Abdul Jalil Rajo Adat di Buo

Kaum Abdul Jalil ialah kaum Rajo Adat di Buo.. Dia pewaris dan telah dilewakan sebagai Rajo Adat Minangkabau berkedudukan di Buo.. Lahir lk 1783 M Sewaktu Thomas Diaz sampai ke pusat Minangkabau (1683 M), dia  hanya sampai istana Rajo Adat di Buo tersebut.. Bapaknya kaum dari Kesulthanan Minangkabau Pagaruyung, saudara lain paruit dari Muningsyah III.. Isterinya adalah anak satu satunya dari saudara perempuan Muningsyah III. Menurut adat Minangkabau mertua Abdul Jalil adalah Bundo Kanduang Minangkabau.. Semenjak mertuanya itu meninggal pewaris Sulthan Minangkabau satu satunya ialah Puti Reno Aluih isterinya Abdul Jalil.. Puti Reno Aluih adalah penghuni istana Silinduang Bulan.

Bagagarsyah juga anggota kaum Muningsyah III lain Paruit.. Hubungan perkauman bapak Abdul Jalil dengan Muningsyah III lebih kurang sama dengan  hubungan perkauman Bagagarsyah dengan Muningsyah III..
Jika Muningsyah meninggal satu satunya pewaris syah (kaum Muningsyah yang patut diangkat) sebagai Sulthan ialah Puti Reno Aluih isterinya Abdul Jalil.. Abdul Jalil berpendidikan agama yang tinggi.. Oleh kaumnya sebelum dia dilewakan sebagai Rajo Adat, dia telah digelari Tuanku Buo.. Karena disetiap hari jumlah shalat sunatnya banyak dia digelari “Tuanku Sembahyang”.. Gelar itulah yang banyak dipakai orang untuk memanggilnya.. 

Di Buo dia mempunyai surau kaum dia mengajar agama disuraunya itu..
Tahun 1224 H (1805 M) Tuanku Nan Renceh menemui Tuanku Buo.. Beliau menyampaikan, apakah tuak, candu, santo dan judi itu tidak dilarang menurut adat kita, tidak haram menurut agama kita.. Jawab Tuanku Buo, dilarang keras menurut adat kita dan haram menurut agama kita..  Kenapa sekarang banyak betul masyarakat kita berdagang barang haram tersebut membawanya dari pasisia ka darek nangko.. Kita penanggung jawabnya kepada Allah.. Apakah itu akan tetap kita biarkan.. Kami di Agam telah sering melakukan pertemuan, diantara orang terkemuka diantara kami, seperti Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo dan Tuanku Cangkiang, tokoh tokoh Tharikat Sattariah.. Mereka keberatan menumpas tuak, candu, santo dan judi itu.. Mereka berpendapat, kita tak harus mengikutinya tapi, biarlah perbuatan itu menjadi tanggung jawabnya kepada Allah.. Kami mengusulkan pimpinan tertinggi Minangkabau, Rajo Alam, atau, Rajo Adat atau Rajo Ibadat perlu membuat ketetapan untuk menumpasnya.. Kesepakatan  masyarakat juga tidak kurang pentingnya..

Tahun 1807 M lk 2 tahun setelah pertemuan  Tuanku Nan  Renceh dan Tuanku Buo, Tuanku Nan Renceh  mengumumkan pelarangan membawa, menyimpan dan memakai tuak, candu samto dan berbuat judi.. Berbarengan dengan pengumuman Tuanku nan Renceh, Rajo Adat di Buo mengumumkan perang terhadap tuak, candu, santo dan judi, perang terhadap pemakai dan pembawanya.. Perang ini  beliau sebut “Perang Tuak”.. Perang dengan Belanda yang pembawa tuak, candu, santu dan judi juga dinamai orang Minangkabau Perang Tuak.. Seruan Rajo Adat ini menggema keseluruh Minangkabau, sampai ke Barus, Sidempuan, Pasir Pangaraian,  Indro Puro dan Taluak Kuantan.. Dimana mana orang merazia dan membinasakan tuak, candu, santo dan menghentikan judi..

Tahun 1805 M Tuanku Nan Renceh menghubungi H. Sumaniak, H Piobang dan H. Miskin yang baru pulang dari Mekah untuk membuat sekolah perwira, untuk melatih orang berperang sesuai ilmu yang didapatnya dari pasukan Turki.. 

Tahun 1807 M Rajo Adat di Buo menyeru seluruh masyarakat meningkatkan pendidikan agama melatih anak kemenakan menjadi prajurit membela Negara dan Agama.. Disetiap surau kaum, surau Kampuang, surau Jorong dan surau Nagari dilakukan latihan bela diri dan ilmu pengetahuan taktik dan strategi perang.. 

Seruan Rajo Adat ini juga disambut masyarakat dengan serius.. Dimana mana disetiap surau didapati masyarakat melatih anak kamanakan ilmu silat dan perang..
Masyarakat Minangkabau yang terlibat perdagangan barang haram ini mulai takut pulang kampong banyak mereka yang menetap di Padang..  Cukong cukong candu menjadi sangat marah, dia menurunkan biaya untuk antisipasi nya.. Inggeris yang berkuasa waktu itu tidak mau melibatkan diri..

Sesuai dengan kesepakatan London, 1819 M Inggeris menyerahkan seluruh kekuasaannya di Sumatra kepada Belanda.. Kelompok pedagang tuak yang dipimpin Bagagarsyah minta bantuan Belanda dengan ucapan, saya pewaris Sulthan Minangkabau, kamu ulama telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Minangkabu yang syah.. Kami mohon Belanda membantu kami akan kami sediakan tenaga bantuan dan biaya..   Belanda turun tangan membantu mereka.. Mulanya Belanda beranggapan dengan 500 orang pasukan terlatih 5 pucuk meriam Tuanku Buo dengan gerakan anti tuaknya telah binasa.. Belanda menamakan ekpedisinya ini memerangi kaum ulama  atau Perang Paderi..      

Maret 1822 M Pasukan Belanda menuju Buo melalui Sitangkai.. Di Atar pasukan Belanda dipukul mundur oleh Tuanku Buo.. Belanda ber pos di guguk Cino.. Pertahanan Tuanku Buo di Atar tak pernah tertembus oleh Belanda.. Belanda menambah jumlah pasukan regulernya dengan 600 orang dan 6 pucuk meriam. April 1824 M Belanda menyerang Buo melalui Pato Marapalam.. Pasukan Belanda dikalahkan Tuanku Buo.. 

Perjanjian damai oktober 1825 hampir gagal Karena utusan Minangkabau bersikeras tentang perdagangan tuak, candu santo dan judi harus dihabisi, semua pelaku pemakai dan yang memperdagangkannya harus dihukum.. Akhirnya utusan Minangkabau mengalah setelah diyakin kan  De Steur akan menaikan pajak akan mengaturnya dan akhirnya mencabut perdagangan tuak, candu, santo dan judi dengan Undang Undang.. 

Pada 15.11.1825 Pejanjian damai ditanda tangani.. Beberapa bulan setelah itu, sesuai dengan janjinya De Steur menaikkan pajak minuman haram tersebut.. Enam orang Minangkabau termasuk Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Buo diberi tunjangan oleh Belanda sebesar 100 Gulden sebulan.. Uang itu diambil dari  kenaikan pajak tuak, candu, santo dan judi.. Tuanku Buo menolak menerima tunjangan itu..

Tahun 1828 M itu Muningsyah III mengundang limbago tinggi Kesulthanan melakukan sidang di Lubuak Jambi, Dalam sidang beliau sampaikan, saya telah tua, Negara kita dalam keadaan kacau.. Kita tak mungkin pulang.. Istana Basa dan Silinduang bulan telah tiada telah dibakar oleh Belanda.. Kita berapat disini.. Jumlah anggota yang hadir tidak perlu memperhitungkan kworum.. Saya bertanya kepada yang tertua yaitu Rajo Ibadat di Sumpu Kuduih.. Bagaimana menurut adat kita, siapakah yang benar pewaris Sulthan Minangkabau menggantikan saya.. Rajo Ibadat menjelaskan, Daulat mempunyai seorang saudara perempuan bernama Puti Reno Bulan.. Puti Reno Bulan tidak mempunyai anak lelaki, hanya mempunyai seorang anak perempuan bernama Puti Reno Aluih, isteri Tuanku Buo.. Pewaris syah adalah anak Puti Reno Bulan yaitu Puti Reno Aluih.. Puti Reno Aluihlah yang patut dilewakan menjadi Sulthanah Minangkabau.. Karena dia seorang perempuan, jabatannya menunggu anaknya yang lelaki lahir diadakan perwalian kepada suaminya.. Dilewakan keduanya sebagai Sulthanah dan perwaliannya memimpin Minangkabau.. Ditanyakan kepada yang hadir.. Bagaimana pendapat Rajo Ibadat itu.. Yang hadir sependapat dengan itu.. Dilewakan Puti Reno Aluih sebagai Sulthanah dan Abdul Jalil sebagai perwaliannya..  Yang hadir serentak menyampaikan persetujuannya       

100 orang pasukan khusus jam dua malam kelam dalam hujan lebat tanggal 06.08.1831 diiringi oleh lebih seribu pasukan dan dua ribu relawan Minangkabau, menyerang bukit Pato Marapalam yang dipertahankan Tuanku Buo.. Puncak Pato Marapalam diduduki Belanda.. Pasukan Tuanku Buo kucar kacir.. Juli 1832 M 100 orang pasukan khusus tersebut mengulangi gebrakannya ke Lintau dan Buo.. Tuanku Lintau dapat mereka Bunuh dan Tuanku Buo meloloskan diri pindah ke Simalanggang.. Lintau dan Buo diduduki Belanda..

Atas inisiatif Tuanku Mansiangan dan Tuanku Nan Renceh setelah menghubungi dan mendapat restu dari Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Buo di Simalanggang, pada bulan Jumadil Akhit th 1248 H diadakan rapat besar pemuka masyarakat Minangkabau di Tandikek.. Didapat Kesepakatan pada hari Jum^at tgl 03 Sya^ban 1248 H jam 9.00 pagi diadakan serangan serentak.. Hampir seluruh Pos Belanda kecuali Fort Dekock, Fort Van Der Kapelen dan Amerongen yang tidak dapat diambil alih oleh orang Minangkabau..

17 Juni 1833 M Kamang diserang Belanda dari empat jurusan.. Satu dari pasukan itu dari Payakumbuh dibawah pimpinan De Quai, melalui Guguak dan Pandam Gadang.. Di Pandam Gadang menaiki bukit menuju Tarusan Kamang.. Di Simalanggang dihadang oleh pasukan Tuanku Buo dan Tuanku Nan Paik.. Terjadi pertempuran basosoh selama satu hari.. Pasukan Tuanku Buo kalah.. Tuanku Buo mengundurkan diri ke Lubuak Jantan Pangkalan Koto Baru..

Atas bantuakan  H Ismail pemuka Lb Jantan, Tuanku Buo menyerang Buo dan Lintau.. Beliau disambut masyarakat dengan senang hati.. Negeri itu beliau duduki beberapa hari.. Beliau dengan pasukan kembali ke Lubuak Jantan..

Mendengar berita Tuanku Buo pernah dilewakan oleh Muningsyah III sebagai perwalian Sulthanah Minangkabau.. Untuk membujuk hati masyarakat, sebaiknya Tuanku Buo diangkat menjadi Sulthan Minangkabau.. Belanda mengirim utusan ke Lubuak Jantan menyampaikan, sebaiknya Tuanku bekerja sama dengan kami Belanda, Tuanku akan dilewakan sebagai raja Minangkabau, Tuanku dibangunkan Istano Basa dan istano Silinduang Bulan pada tempatnya yang lama.. Kalau tuanku berkeinginan di Padang dibangunkan pula sebuah istana.. Tuanku akan diberi tunjangan 3000 Gulden sebulan.. Tuanku diberi biaya haji ke Mekah secukupnya... Tuanku bisa hidup senang beribadat kepada Allah, kenapa tuanku menyiksa diri berpindah hidup dari satu hutan kehutan lain dengan bersusah payah.. Jawab Tuanku Buo, biarlah saya hidup bersusah payah, dari pada rakyat hidup dbawah pengaruh tuak, candu, santo dan judi dan Belanda..

Karena tidak mempan bujukan sebulan setelah itu 18 Agustus 1833 M Belanda menyerang Lubuak Jantan.. Beliau menyingkir ke Air Hangat dan Air Hambar.. Disana beliau mengajarkan agama, dan melatih perang kepada masyarakat setempat.. Supaya pasukan Tuanku Buo jangan membesar Belanda menyusun pasukan segera menyerang Air Hangat dan Air Hambar.. Tuanku Buo menyinkir ke Muaro Lembu..

Pada umur 60 an tahun beliau mohon izin Pemeritah Belanda melalui daerahnya, ingin pergi berhaji ke Mekah..  Belanda tidak memberikan izin.. Pada umur hampir 80 tahun beliau minta izin Belanda untuk meninggal di Buo dimana beliau dilahirkan.. Belanda tidak member izin.. Beliau pindah ke Basrah.. Pada tahun 1879 M  umur 96 tahun  beliau wafat..  Dikuburkan pada kuburan raja raja Cirenti       

Tahun 1883 M Puti Reno Sumpu anak Tuanku Buo pulang ke Buo, kerumah Bakonya.. Dia berkunjung ke Pagaruyung melihat bekas kediaman ibunya di Silinduang bulan dan bekas Istana Basa istana   neneknya  Muningsyah III dan ibunya.. Kedatangan Puti Reno Sumpu disambut masyarakat secara diam diam dan sembunyi sebunyi.. Walaupun demikian diketahui juga oleh Belanda.. Utusan Belanda datang mnemui beliau ke Buo.. Belanda membujuk beliau agar kembali ke Silinduang bulan, Belanda berjanji akan membangunkan istana untuk beliau kembali..

Untuknya dibangunkan istano Silinduang Bulan, istana Basa..  Istana Basa dipakai Belanda untuk memutuskan sesuatu tentang adat bersama Sulthan Minangkabau dibawah koordinasi Belanda. Penerus Sulthan sesudah itu adalah keturunan Puti Reno Sumpu dari garis matrilineal..  

Tuanku Buo terpilih sebagai tokoh no satu perang tuak dengan alasan dibawah ini..

Ø  Tuanku Buolah yang mengumumkan memerangi tuak, candu, santo dan judi..

Ø  Tuanku Buolah orang yang menyeru masyarakat meningkatkan pendidikan agama dan memasukan pendidikan bela dari dan latihan perang dalam pendidikan surau..

Ø  Tuanku Buo orang yang paling banyak terlibat peperangan dengan Belanda..

Ø  Tuanku Buo pernah dibujuk  Belanda untuk menyerah kepada Belanda dengan dijanjikan gaji besar dibuatkan istana, namun beliau tetap menolaknya..

Ø  Tuanku Buo tidak pernah menyerah kepada Belanda sampai wafatnya..

Ø  Tunku Buo menolak pemberian tunjangan Belanda dimana lima orang lainnya menenrimanya.. (BP)
---------------

Refernsi: 
Sumber : Minangkabau Darul Qarar
karya H.Asbir. Dt Rajo Mangkuto


Promo



 


Kunjungi Juga: