Type Here to Get Search Results !

'ADAIK NAN BA ADAIKKAN' DALAM TRADISI DAN BUDAYA DI PARIAMAN

Oleh: Sutan Mudo Syafrizal & Boy Paskand

Pariaman Line - Kota Pariaman Dan Kab. Padang Pariaman Kaya Akan Adat Istiadat yg diadatkan. Tradisi dan budaya tersebut sudah ada sejak dulu kala. Wilayah Pariaman yang secara geografis dekat dengan laut, yang dulunya merupakan Bandar pelabuhan yang ramai di kunjungi oleh berbagai suku bangsa, Juga telah mempengaruhi Budaya dan tradisi masyarakat Pariaman.

Namun, Meskipun dulu kalanya Pariaman adalah daerah rantau minang yang pernah di kuasai aceh, Masyarakat Pariaman yg hingga saat ini masih tetap Memegang teguh adat istiadat minangkabau yang 'Tak lakang Karano Paneh, Tak Lapuak Karano Hujan'.

Ada saja Terdengar pertanyaan Kaum Muda Milenial minang di Media sosial yg mempersoalkan hal tersebut, "Jika betul orang pariaman Masih pemegang teguh adat istiadat minangkabau, kenapa di pariaman tak di temukan rumah adat Bagonjong ?, Kenapa Tradisi Dan Budaya Di Masyarakat Pariaman Berbeda dengan Tradisi di 'Darek' ?", Darek maksudnya adalah Luhak nan tuo, Pusat Awal mula adat istiadat Minangkabau Berkembang.

Apa Saja perbedaan yg dimaksud ?, Yg pertama yg mereka 'Sigi' Adalah masalah 'Uang Japuik' dan ' Uang hilang' pada prosesi pernikahan secara adat di Pariaman, Sedangkan di luhak nan tuo hal tersebut tak berlaku. Yg kedua Adalah Masalah 'Malakekkan Gala' untuk 'Rang Sumando'. Dipariaman Gala Atau gelar di turunkan secara otomatis dari ayah ke anak laki-laki apabila putranya tersebut nanti telah berumah tangga. Jika ayahnya bergelar sutan, maka putranya kelak setelah berumah tangga akan di panggil sutan juga oleh pihak kerabat dan keluarga istrinya yg lebih tua. Berbeda dengan di darek, yg mana gelar atau gala di turunkan dari mamak kekemanakan.

Melalui Tanya jawab dengan para tetua adat istiadat minangkabau di pariaman, Dan juga di referensi dari Berbagai sumber buku yg di tulis oleh para pemerhati adat istiadat minangkabau, Penulis Berkesimpulan yg bisa di ambil untuk menjawab pertanyaan tersebut. 

Dalam adat istiadat minangkabau Ada dua hal yg mesti di garis bawahi tentang system dan aturan undang-undang adat istiadat minangkabau, Yaitu, 'Adaik nan sabana Adaik' Dan ' Adaik Nan Baadaikan'. Adaik nan  sabana adaik adalah inti dari adat istiadat minangkabau yg telah " Di pusakokan turun tamurun, Di warihkan jawek bajawek.." Tak boleh hilang di gilas zaman, tak lenyap di makan waktu. "Tak lapuak karano hujan, tak lakang karano paneh, Diasak indak Layua, di cabuik indakkan Mati..".

Bagaimana dengan 'Adaik Nan Badaikan' ?, Yaitu adat istiadat atau tradisi yang sudah membudaya di suatu daerah dalam wilayah minangkabau. Di susun Kesepakatan bersama, Disetujui dalam musyawarah dengan pemimpin adat di wilayah atau daerah yang masih memakai sistem adat istiadat minangkabau. adaik nan ba adaikan harus berhadapan dengan 'adat dan syara' yg telah di semboyankan.

Secara Rinci, Adaik nan Ba ​​adaikan lahir dari sistem demokrasi yg sudah ada Semenjak Adat etika minangkabau itu ada. “Babuek mangkonyo ado, Di Samai mangkonyo tumbuah, Dek bulek nan sagolek, dek picak lai salayang, Samufakaik urang nagari..” Maka di lestarikanlah Adaik nan Baadaikkan sesuai tradisi yg telah ada, berbeda-beda di setiap daerah yg ada di minangkabau.

'Adaik nan Ba adaikkan' Selagi tidak berlawanan dengan 'Adaik nan sabana adaik',   Lumrah di pakaikan di daerah-daerah yg memakai system adat istiadat minangkabau di Wilayahnya Hingga Daerah 'Rantau Minang' Hingga Sekarang.

Referensi: 
▪️'Kab. Padang Pariaman (wikipedia).
▪️Berbagai Sumber & Dialog Dengan Petua Adat Di Kota pariaman
▪️Adat istiadat Minangkabau - PDF karya: St. Amrizal. Br.


Promo



 


Kunjungi Juga: